Awal merintis kedai kopi, pembeli bisa dihitung jari.
Bang Onyeng sempat ingin menyerah.
Sebulan awal buka, ia nyaris hendak memilih mengakhiri usahanya.
Tuhan punya rencana. Ide cukup berani Bang Onyeng lakukan.
Ia memberikan kopi gratis kepada warga. Metode itu dilakukan untuk memasyakatkan ngopi.
Proses tidak akan mengkhianati hasil.
"Sampai pernah hampir tutup. Sukarela saya seminggu tiga kilo kopi free untuk masyarakat. Tapi masyarakat tidak memberikan sambutan. Sampai pada akhirnya bertahan," lanjutnya seraya menyiapkan pesanan pelanggan.
Kopi yang disajikan beragam, mulai dari Kopi Lampung, Kopi Gayo, dan lain-lain.
Tapi ada satu kopi andalan, Kopi Banuanta, kopi lokal dari Bulungan.
Kopi Banuanta jadi menu andalannya, menyajikan seduhannya.
Kini Bang Onyeng bisa menjual 20 gelas per hari untuk menu seduhan kopi. Tidak banyak bila dibandingkan kedai kopi di perkotaan.
Tapi percayalah, itu cukup untuk lelaki kelahiran Lampung itu.
Cita-citanya ke depan, bagaimana kedai kopi menjamur di Maratua. Terkhusus bagaimana masyarakat bisa menikmati kopi.
"Saya punya mimpi, mensosialisasikan tumbuhnya kedai kopi, hingga kopi tradisional menjamur di Maratua," tegasnya. (Er Riyadi)