"Berangkat habis Isya, pulang jam 3 subuh. Penghasilan Rp100 ribu - 200 ribu per hari," lanjutnya.
Kemampuan menyelam Barlianto jangan ditanya. Tanpa alat bantu pernafasan saat menyelam, ia mampu berada di bawah air hingga 3 menit.
Lagi-lagi, sambil tersenyum tipis, ia menyebut kemampuannya itu adalah berkah yang diwariskan nenek moyang.
"Turun temurun dari nenek moyang. Pakai senapan panah, dirakit sendiri oleh kalangan nelayan," tururnya.
Saat ini di Teluk Aruru, ada sekitar 30 nelayan yang menangkap ikan menggunakan panah.
Menurutnya, jumlah itu terus berkurang.
Pada era tahun 70an, di Kampung Teluk Aruru, lebih dari 100 nelayan melaut di teluk sekitaran Pulau Maratua.
Tidak ingin punah, kini sang anak dari Barlianto turut ikut serta ayahnya memanah ikan.
Ia berjanji pada dirinya, khasanah budaya ini akan dijaga, melestarikan cara hidup yang dipegangnya secara turun temurun.
Semoga lestari, semoga bertahan selamanya. (Er Riyadi)