IDENESIA.CO - Presiden Joko Widodo telah menetapkan nama ibu kota negara (IKN) di Sepaku, Penajam Paser Utara dengan nama Nusantara.
Nama Nusantara untuk IKN sempat memberi riak dari kalangan sejarahwan Indonesia.
Penamaan IKN dengan kata Nusantara dianggap sebagai Jawa-sentrisme.
Namun prespektif lain disampaikan Muhammad Sarip, pegiat sejarah asal Samarinda.
Sejarawan Muhammad Sarip, nama Nusantara berasal dari Kutai di Kaltim, bukan merupakan Jawa-sentrisme.
Dalam catatan sejarahnya, Muhammad Sarip, penerima sertifikat kompetensi bidang sejarah dari Kemendikbud-BNSP, ternyata nama nusantara berasal dari Kutai.
"Tidak banyak diketahui publik, nama Nusantara sebenarnya merupakan topinimi wilayah di timur Kalimantan sebelum dicetuskannya nama Kutai," tulis Sarip, dalam catatannya.
Nama Kutai dicetuskan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti pada penghujung abad ke-13 Masehi.
Cetusan nama Kutai sekaligus menjadi nama Kerajaan Kutai Kertanegara yang berpusat di Jaitan Layar, kini bernama Desa Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara.
"Saya menemukan dokumentasi yang menyatakan bahwa Nusantara adalah nama wilayah sebelum bernama Kutai dari riset Solco Walle Tromp yang terbit tahun 1888," lanjut tulisannya.
Solco Walle Tromp, diketahui adalah seorang ilmuan berkebangsaan Belanda, pernah menjabat sebagai Asisten Residen Oost Borneo.
Walle Tromp termasuk orang yang turut meneliti manuskrip Salasilah Kutai.
Hasil riset Tromp, ia menulis berdasar tradisi lisan warga setempat, sebelum Kutai menjadi nama kerajaan, kala itu wilayahnya menyandang nama Nusentara.
Teks asli versi Tromp tertuang dalam bukunya berjudul: ππͺπ΅ π₯π¦ ππ’ππ’π΄πͺππ’ π·π’π― ππ°π¦π΅π¦πͺ adalah βNoesΓ«ntaraβ.
Ilmuan lainnya, SC Knappert, memublikasikan penelitian tentang Kutai pada tahun 1905.
Makalah yang ia tulis berjudul: βππ¦π΄π€π©π³πͺπ«π·πͺπ―π¨ ππ’π― ππ¦ ππ―π₯π¦π³π’π§π₯π¦π¦ππͺπ―π¨ ππ°π¦π΅π¦πͺβ.
Knappert juga menulis bahwa menurut cerita penduduk asli, dulu daerah Kutai disebut Nusantara.
"Jadi, dalam konteks apresiasi terhadap khazanah kearifan lokal dalam rencana pemindahan IKN, sebenarnya penamaan Nusantara cukup representatif bagi komunitas lokal Kaltim," papar Sarip.
"Opini saya ini khusus terkait aspek sejarah atau historis, di luar konteks politik dan hukum yang bukan domain kompetensi saya," imbuhnya.
Sejarah bersifat dinamis, semua bisa berubah seiring temuan-temuan arkeologi yang bermunculan menampakan dirinya.
Catatan sejarah milik Muhammad Sarip, akan menabrak pemahaman tentang Nusantara yang selama ini sudah terpahat di benak masyarakat Indonesia.
Berbagai literasi menyampaikan bahwa nama "Nusantara" lahir di masa Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14.