Berdasarkan Babad Lombok yang dipercayai masyarakat setempat, tradisi ini telah dilakukan kurang lebih sejak sebelum abad ke-16.
Dalam perhitungan tradisional Sasak, tradisi berlangsung setiap tanggal 20 bulan 10 atau sekitar Februari yang bertempat di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah.
Tata Cara Tradisi Bau Nyale Prosesi Bau Nyale diawali dengan sangkep atau pertemuan para tokoh untuk menentukan hari baik (tanggal 20 bulan 10 kalender Sasak).
Penentuan tanggal untuk mengetahui waktu nyale keluar.
Proses berikutnya dilanjutkan dengan mepaosan, yaitu pembacaan lontar yang dilakukan tokoh adat sehari sebelum pelaksanaan tradisi.
Mepaosan dilakuan di bangunan tradisional tiang empat yang disebut Bale Saka Pat.
Pembacaan lontar dilakukan dengan tembang pupuh atau nyanyian tradisional, dengan urutan Pupuh Smarandana, Pupuh Sinom, Pupuh Maskumandang, dan Pupuh Ginada.
Proses tradisi Bau Nyale menggunakan berbagai perlengkapan, yaitu daun sirih, kapur, dua buah gunungan yang berisi jajan tradisional khas Sasak, kembang setaman dengan sembilan jenis bunga, serta buah-buahan tradisional.
Upacara digelar pada dinihari sebelum masyarakat turun ke laut untuk menangkap nyale.
Upacara dilakukan para tokoh adat. Upacara dinamakan Nede Rahayu Ayuning Jagad.
Prosesi dilakukan dengan cara para tetua adat berkumpul dalam posisi melingkar dan ditengah-tengahnya diletakkan jajanan dalam bentuk gunungan.
(Redaksi)