IDENESIA.CO - Kelahiran si Kecil seharusnya membawa kebahagiaan tersendiri bagi setiap orang tua.
Namun, apakah yang Mama sekarang ini justru adalah sedih, cemas, gelisah, sulit konsentrasi, dan mudah marah?
Jika ya, Mama tidak sendirian, kok. Kondisi ini dikenal dengan sebutan baby blues syndrome, dan dapat dialami oleh sebagian besar wanita setelah melahirkan.
Lalu, apa penyebab baby blues dan bagaimana cara mengatasinya?
Apa Penyebab Baby Blues?
Baby blues adalah masalah psikologis berupa perubahan suasana hati yang dapat terjadi setelah melahirkan. Sindrom baby blues sering juga disebut maternity blues atau postpartum blues.
Kondisi ini dapat menyebabkan Mama merasa kesedihan yang tidak bisa dikendalikan, menangis tiba-tiba, murung, dan mudah kesal atau marah tanpa alasan yang jelas.
Sindrom baby blues juga bisa membuat Mama merasa cepat lelah, tidak nafsu makan, susah tidur nyenyak, dan bahkan merasa tidak bisa menjadi orang tua yang baik karena merasa kurang mampu menyayangi atau merasa tidak mampu merawat bayi baru lahir.
Hingga saat ini, penyebab baby blues masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa hal yang dapat memicu terjadinya kondisi ini, yaitu:
1. Perubahan Hormon
Penyebab baby blues sejauh ini memang belum dapat diketahui secara pasti. Namun, sindrom ini sering kali dikaitkan dengan perubahan hormon setelah melahirkan.
Berbagai macam hormon yang dibutuhkan saat hamil perlahan menghilang dari tubuh Mama, digantikan hormon yang dibutuhkan oleh tubuh Mama saat ini.
Gara-gara terjadi perubahan hormon itulah emosi Mama jadi campur-aduk.
Selama masa nifas, produksi berbagai macam hormon kehamilan seperti hormon estrogen dan progesteron akan turun drastis untuk digantikan dengan hormon-hormon lain.
Estrogen itu sendiri terkait dengan produksi serotonin, senyawa kimia dalam otak yang mengatur suasana hati, dan progesteron dapat membantu meningkatkan mood.
Perubahan kadar hormon secara drastis dan tiba-tiba inilah, juga ditambah faktor lain, yang dapat mengganggu kestabilan mood Mama setelah melahirkan.
2. Sulit Beradaptasi
Faktor kesiapan Mama untuk menjadi ibu baru juga sangat berperan dalam meningkatkan risiko sindrom baby blues.
Jika mulanya hanya Mama dan Papa berdua saja, kini ada si Kecil, yang tentunya membutuhkan tanggung jawab tambahan.
Belum lagi perubahan pada rutinitas harian Mama. Apabila biasanya memulai hari dengan mandi dan sarapan pagi, sekarang harus menambah panjangnya daftar dengan memasukkan aktivitas seperti menyusui dan memandikan si Kecil.
Relasi antara Papa dan Mama yang sebelumnya hanya sebagai suami dan istri, kini juga mengalami penambahan sebagai orang tua. Semua perubahan ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab baby blues muncul.
Alhasil, Mama mungkin merasa kewalahan untuk mengurus segalanya sendiri, termasuk mengurus kebutuhan bayi baru lahir.
Belum lagi kondisi ini dapat memunculkan berbagai emosi, seperti khawatir, takut, dan ragu dalam memenuhi tuntutan peran baru.
3. Kurang Tidur