Kala itu kemarau panjang terjadi, sungai menyusut nyaris kering.
Di lokasi dekat sungai, secara tidak sengaja warga menemukan gerabah kuno ketika mencangkul di Tanjung Gelombang.
Dapat kabar, warga lain ikut melakukan penggalian, ikut mengadu peruntungan.
"Banyak yang menemukan gerabah dari tanah liat, keramik, porselen, hingga patung," kata Asril, Warga Muara Kaman.
Di Benua Lawas ditemukan banyak patung. Sebagian besar patung corak India. Ada juga ditemukan patung Buddha delapan tangan.
Semua artefak itu dijual ke kolektor dan tengkulang barang kuno. Pemburu artefak sejarah inipun bondong-bondong mendatangani Muara Kaman.
Penggalian baru berhenti ketika pemerintak mengambil kebijakan melarang penggalian artefak kuno.
Pemerintah terlambat, banyak benda-benda bersejarah diborong ke luar daerah.
"Kalau dikumpulkan, bisa diangkut dua truk," terangnya.
Sangat disayangkan memang, benda-benda sarat sejarah itu kini telah berhamburan ke mana arah.
Padahal, melalui artefak-artefak itu, memungkinkan untuk mengungkap bagaimana Kerajaan Martapura menunjukan eksistensinya.
Melihat kerajaan tertua di Nusantara ini terbuka terang. Kehidupan leluhur orang Kaltim di masa lampau. (Er Riyadi)